Kamis, 07 November 2013
Rafi Poetra
Anak Nusantara Go International
Tak
ada alasan untuk mengkhawatirkan masa depan bangsa kita. Itu kalau kita
percaya pada pemeo, "masa depan sebuah bangsa ada di tangan generasi
muda." Tak berlebihan rasanya kalau Hari Anak Nasional yang selalu
dirayakan pada 18 Juli memberi perhatian khusus pada anak-anak yang
telah mengharumkan nama bangsa di ajang internasional.
Namun, yang lebih hebat lagi, Kinatan berasal dari sekolah dasar negeri biasa-biasa saja, tanpa ada label unggulan atau internasional. Sehari-hari, Kinatan bersekolah di SDN 2 Sokanegara, Purwokerto, Jawa Tengah. Prestasi luar biasa itu menunjukkan kalau siswa dari sekolah biasa pun sanggup mengukir tinta emas.
Di era sekarang ini, teknologi dan sains menjadi jualan sekolah-sekolah dengan label unggulan ataupun internasional. Di kota-kota besar, sekolah-sekolah baik tingkat dasar maupun atas selalu menawarkan pendidikan sains dan matematika sebagai mata pelajaran unggulan. Namun anehnya, tak banyak dari sekolah-sekolah berlabel unggulan sekaligus mahal itu menunjukkan prestasi seperti yang sudah dicapai Kinatan.
Rencananya, jika tidak ada aral melintang, Juli ini anak dari pasangan Dinar Arya Sena dan Dewi Sekarsari itu akan diberangkatkan ke Singapura mengikuti lomba International Competition of Mathematics Union. Sebelumnya, akhir Juni yang lalu Kinatan baru saja pulang dari Bulgaria International Mathematics Competition (BIMC) di Bulgaria.
Ketangkasan dan kecermatan Kinatan dalam mengutak-atik rumus-rumus matematika sebenarnya sudah mulai tampak sejak di bangku kelas 1. Dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya, Kinatan lebih menonjol dalam pelajaran matematika. Kemampuan mengerjakan soal-soal matematika secara cepat dan tepat itu bahkan berlanjut saat ia diberikan soal yang tingkat kesukarannya lebih tinggi.
"Sejak terpantau seperti itu, kami pihak sekolah berupaya memaksimalkan kemampuannya dengan mengikutsertakan Kinatan di berbagai lomba matematika hingga tingkat internasional," kata Tri Rudiyanti, Kepala Sekolah tempat Kinatan bersekolah.
Selain Kinatan, Tri juga mengatakan kalau potensi yang sama juga terlihat pada adik kandung Kinatan, yakni Pikatan Arya Bramajati yang masih duduk di kelas IV. Sama seperti kakaknya, Pikatan juga punya hobi yang sama, gemar dan menonjol di pelajaran matematika.
"Rencananya, kami juga ingin menyertakan Pikatan di event-event matematika seperti kakaknya. Ini agar potensinya terasah sejak dini," tambah Tri.
Masih dalam lingkup akademis dan dunia pendidikan dasar. Kabar gembira sekaligus prestasi yang tak kalah hebat juga kembali diperlihatkan anak-anak belia Indonesia. Kali ini oleh empat siswa SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, yakni Adna Mumtaza Fadlurrohman, M. Rafli Kusuma Wardana, Ahmad Ghyfari Savero, dan Agra Bima Yuda. Empat sekawan ini berhasil merebut juara 1 dengan menyingkirkan 400 peserta dari seluruh dunia dalam perlombaan robot internasional yang diadakan oleh Singapore Polytechnic, bulan April lalu.
Prestasi mereka menggenapi pencapaian sebelumnya pada ajang yang sama di Malaysia, pada 2012. Hanya saja, dalam perlombaan di Malaysia, tim yang diketuai Agra Bima Yuda ini menjadi juara 2 dan 3. "Perlombaan RoboCup di Singapura ini sebagai penyempurna perlombaan sebelumnya," kata Agra.
Dalam perlombaan di Singapura, ada empat kategori yang dilombakan yaitu Rescue, Cospace, Theater Dance, serta Soccer. Kelompok Agra mengikuti kategori Theater Dance dengan konsep energi alternatif. "Setelah menang di kategori itu, kami diadu dengan juara-juara di masing-masing kategori. Alhamdulillah, kami menang dan berhasil menjadi juara pertama," ujar Agra. Keberhasilan ini juga memacu mereka untuk kembali beraksi di kontes robot internasional di Belanda, bulan depan.
Bukan Hanya Anak Jawa
Menjadi anak yang berprestasi dan mengharumkan nama negara di dunia internasional, bukanlah monopoli anak dari Pulau Jawa saja. Hal ini dibuktikan oleh Diana Poae, peserta didik di SD GMIST Smirna Kawio, di Pulau Kawio yang menjadi bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tempat tinggal Diana yang ribuan kilometer jauhnya dari Pulau Jawa, tak menghalanginya untuk dapat memperkenalkan Indonesia, tepatnya keindahan wilayah tempat tinggalnya, kepada warga dunia.
Bukanlah suatu rahasia lagi jika wilayah Indonesia bagian timur menyimpan potensi dan kekayaan alam yang luar biasa. Mulai dari sumber daya alam dan mineralnya, hingga pemandangan alamnya membuat mata tak jemu-jemu untuk terus menikmatinya. Kepulauan Raja Ampat yang ada di wilayah Papua adalah salah satu bukti bagaimana surga yang jatuh ke dunia itu ada di Indonesia.
Keindahan alam yang tak dapat ditemukan di tempat lain itulah yang dibidik oleh Diana Poae. Diana, bocah kecil ini mengenalkan Kawio kepada pembaca majalah National Geographic yang ada di seluruh dunia. Foto Bintang Laut dalam botol dengan latar beberapa anak bermain pasir di tepian laut nan jernih yang merupakan karya Diana menjadi runner-up dalam lomba foto tingkat dunia yang digelar oleh National Geographic Kids.
Dari mana Diana mendapatkan kamera sehingga bisa memotret bintang laut di dalam botol? Diana berhasil memotret bintang laut itu setelah Ertina Priska Erlayas Sebayang, gurunya dari Gerakan Indonesia Mengajar, meminjaminya kamera.
Keterbatasan ternyata tidak menghalangi seseorang untuk dapat berprestasi sekecil apa pun. Bayangkan, dengan keterbatasan itu saja, Diana bisa mencapai prestasi tingkat dunia, bagaimana seandainya ada akses yang lebih terbuka. Bukan tidak mungkin anak-anak Indonesia baik yang di kota maupun di batas-batas garis Nusantara mampu mengharumkan nama Indonesia di seluruh dunia.
Kamis, 24 Oktober 2013
Rafi Poetra
Nikon D5300
Terobosan baru dibuat oleh Nikon. Mereka membuat kamera digital SLR terbaru dengan seri D5300 yang sudah dilengkapi akses Wi-Fi didalamnya. Padahal sebelumnya, hanya kamera saku yang memiliki konektifitas Wi-Fi.Selama ini para fotografer dibebankan mengeluarkan biaya tambahan untuk menambah perangkat khusus bila kameranya ingin terkoneksi dengan internet. Namun kini Nikon D5300 menjadi promotor kamera digital SLR profesional yang memiliki konektifitas Wi-Fi built in.
Nikon D5300 memiliki dukungan Wi-Fi 802.11 yang bisa digunakan untuk transfer foto ke smartphone atau mengunggahnya di jejaring sosial. Kamera yang menjadi suksesor D5200 ini memiliki sensor dengan resolusi 24,2 megapiksel dengan optik berfilter rendah.
Prosesornya menggunakan EXPEED 4 yang mampu merekam video hingga 1080/60p. Peningkatan lain yang terjadi adalah daya tahan baterai yang mampu memotret hingga 700 foto, meningkat 200 foto dari kamera pendahulunya.
Kamera ini juga dilengkapi dengan GPS, lebih ringan 25 gram dari D5200, dan layar lebih lebar dengan diagonal 3,2 inci. Nikon D5300 juga dipoles dengan tiga pilihan warna hitam, abu-abu, dan merah yang dijual mulai sekira Rp15,8 juta dengan lensa kit 18-140mm f/3,5-5,6. Sedangkan harga body-only dibanderol USD800 atau sekira Rp9 juta. Keduanya sudah tersedia di toko-toko kamera mulai pertengahan Oktober ini. (wk/dn)
Langganan:
Postingan (Atom)